
Sejarah Vitamin B
Vitamin B
merupakan 8 vitamin yang larut dalam air dan berperan penting terhadap
metabolisme sel. Dalam sejarahnya, vitamin ini pernah diduga hanya memiliki
satu tipe saja, yakni vitamin B (seperti vitamin C dan D). Namun seiring berjalannya waktu dan adanya
penelitian-penelitian lebih lanjut, maka diketahui bahwa komposisi kimia di
dalam vitamin B mempunyai karakteristik yang berbeda namun sering ‘hidup’
berdampingan pada sebagian besar makanan yang sama. Suplemen yang mengandung 8
jenis vitamin B disebut dengan vitamin B kompleks. Suplemen vitamin B tunggal
disebut secara spesifik seperti vitamin B1, B2, B3, dan
seterusnya. Vitamin B berperan dalam menjaga kesehatan metabolisme tubuh,
dan bahkan sebuah penelitian menunjukkan bahwa vitamin B dapat membantu
menurunkan risiko stroke. Vitamin B bisa dijumpai pada sayuran hijau,
biji-bijian, susu, dan daging.
Vitamin B dan Risiko Stroke
Selain
perannya dalam menjaga kesehatan metabolisme, kulit, dan rambut, vitamin B juga
telah dikaitkan dengan rendahnya risiko akan stroke. Stroke merupakan sebuah
kondisi di mana terjadinya gumpalan darah sehingga aliran darah tidak mengalir
ke otak, atau pecahnya pembuluh darah di otak. Sebuah tinjauan uji klinis
secara acak yang berlangsung selama 6 bulan lebih menunjukkan bahwa
mengkonsumsi suplemen vitamin B dapat menurunkan risiko stroke sebesar 7 persen
pada partisipan sebanyak 54.913 orang. Penelitian ini ditulis oleh Xu Yuming
dan peneliti lain dari Zhengzhow, Cina dan diterbitkan September 18, 2013 dalam
jurnal klinis, Neurology. Namun sebelum mengkonsumsi suplemen vitamin B,
konsultasikanlah terlebih dahulu dengan dokter Anda.
Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1
membantu memecah karbohidrat menjadi gula. Vitamin B1 banyak ditemukan dalam
sereal gandum, ragi, biji-bijian dan kacang-kacangan serta daging. Kekurangan
vitamin B1 menyebabkan beri-beri, penyakit yang mempengaruhi fungsi jantung, sistem pencernaan, dan sistem saraf. Beri-beri
ditemukan pada pasien yang kekurangan gizi, dan juga pada mereka yang kecanduan
minum minuman beralkohol. Rekomendasi dosis harian vitamin B1 (tiamin)
yang sebaiknya dipenuhi adalah 1,1 miligram untuk wanita berusia 18 tahun ke
atas, 1,4 mg bagi mereka yang sedang hamil, dan 1,5 mg saat menyusui. Sedangkan
anjuran dosis harian vitamin B1 pada pria berusia 14 tahun ke atas adalah 1,2
mg per hari (menurut National Institutes of Health).
Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2
juga dikenal dengan nama riboflavin. Riboflavin membantu tubuh dalam memecah
dan menggunakan karbohidrat, lemak dan protein dalam makanan. Vitamin ini juga
berfungsi untuk menjaga kulit, lapisan usus, dan sel-sel darah agar tetap
sehat. Riboflavin dipercaya dapat meningkatkan energi, meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, mengobati jerawat, kram otot dan sindrom carpal tunnel. Selain
itu, riboflavin juga berpotensi membantu mencegah sakit kepala, migrain, dan katarak. Konsumsi harian Vitamin B2 yang
direkomendasikan adalah 1,3 miligram (mg) per hari untuk pria, dan 1,1 mg
sehari untuk wanita. Ibu hamil membutuhkan lebih banyak, yakni 1,4 mg, dan
untuk ibu menyusui adalah 1,6 mg setiap hari. Vitamin B2 bisa didapatkan dari
sumber alami seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, daging dan produk susu.
Vitamin B3 (Niasin)
Vitamin B3
juga dikenal dengan niasin. Vitamin ini dibutuhkan untuk memecah makanan
menjadi energi. Kekurangan niasin dapat menyebabkan gangguan yang dikenal
sebagai pellagra (sebuah penyakit kekurangan vitamin). Gejala-gejala pellagra
biasanya meliputi diare, radang selaput lendir, serta demensia. Salah satu
manfaat dari vitamin B3 adalah dapat membantu mengontrol kadar kolesterol tinggi. Wanita berusia 14
tahun ke atas membutuhkan sekitar 14 mg setiap hari, sedangkan pada laki-laki
sebanyak 16 mg. Legum dan kacang-kacangan adalah sumber yang baik dari vitamin
ini selain susu, ikan, dan daging tanpa lemak.
Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Vitamin B5
sangat dibutuhkan oleh banyak reaksi kimia yang terjadi di sel tubuh manusia
setiap hari, termasuk memecah karbohidrat dan lemak menjadi energi. Vitamin B5
juga dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hormon dan untuk
pertumbuhan. Menurut Dewan Pangan dan Gizi dari Institut of Medicine,
jumlah asupan harian vitamin B5 yang diperlukan adalah 5 mg setiap hari bagi
orang berusia 14 tahun ke atas. Vitamin B5 bisa ditemukan di sayuran yang
termasuk dalam keluarga kubis seperti brokoli dan kale, serta alpukat. Selain
itu, sereal gandum, kentang, dan susu juga merupakan sumber
yang baik dari vitamin ini.
Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin yang
larut dalam air ini termasuk golongan vitamin B kompleks. Vitamin B6 adalah
vitamin yang penting karena terlibat dengan lebih dari 100 reaksi enzim dalam
tubuh. Vitamin ini dapat membantu tubuh memetabolisme asam amino yang berasal
dari makanan dan membentuk sel-sel darah merah baru. Berdasarkan oleh sebuah
penelitian klinis, Vitamin B6 berpotensi menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia,
ruam, depresi, dan kebingungan. Adapun jumlah asupan harian vitamin B6 yang
direkomendasikan adalah 1,3 mg untuk orang dewasa hingga 50 tahun ke atas.
Remaja dan wanita hamil atau menyusui membutuhkan vitamin B6 sekitar 2 mg
setiap harinya. Sumber makanan vitamin B6 adalah kentang, buah-buahan(kecuali
jeruk), unggas, ikan, dan daging.
Vitamin B7 (Biotin)
Vitamin B7
juga dikenal dengan nama Biotin atau vitamin H. Vitamin ini berperan besar
terhadap reaksi biokimia dalam tubuh seperti metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein, yakni pemecahan senyawa kompleks menjadi molekul-molekul sederhana
yang kemudian disertai dengan pelepasan energi. Biotin dapat membantu menurunkan kadar gula darah
serta memperkuat kuku dan rambut. Kekurangan vitamin B7 dapat
menimbulkan berbagai gangguan fisiologis dan masalah kesehatan lainnya seperti
dermatitis, anemia, kerontokan rambut, dan depresi. Menurut RDA, asupan harian
biotin adalah 30 hingga 100 mikrogram. Jumlah ini bisa ditingkatkan sampai 2500
mikrogram perhari untuk mengatasi masalah kuku dan rambut yang rusak, serta
juga dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula darah. Sumber vitamin B7 adalah
daging, pisang, dan kuning telur. Selain itu, biotin juga bisa didapatkan dari
gandum, ragi, dan kacang-kacangan.
Vitamin B9 (Asam Folat)
Vitamin B9
atau asam folat berperan dalam mencegah terjadinya cacat lahir tabung saraf
(otak dan tulang belakang) pada bayi dan meningkatkan pertumbuhan yang sehat.
Menurut National Institutes of Health, orang dewasa membutuhkan setidaknya 400
mikrogram (mcg) vitamin B9 setiap harinya. Sedangkan asupan harian vitamin B9
yang dianjurkan pada ibu menyusui dan wanita hamil masing-masing adalah 500 mcg
dan 600 mcg. Sumber asam folat bisa ditemukan di sayuran berdaun hijau gelap
dan asparagus. Selain itu, jeruk, kacang-kacangan, dan biji-bijian juga kaya akan folat.
Vitamin B12 (Kobalamin)
Vitamin B12 merupakan pusat untuk membentuk
sel-sel darah merah dan menjaga kesehatan sel saraf dalam tubuh. Kekurangan
vitamin B12 dapat menyebabkan anemia. Selain itu, kekurangan vitamin B12 juga
merusak sistem saraf, menyebabkan depresi, kebingungan, dan demensia. Gejala
kekurangan vitamin B12 bisa berupa kelemahan, kelelahan, sembelit, penurunan berat badan, dan kehilangan
nafsu makan. Asupan harian vitamin B12 yang dianjurkan pada orang dewasa adalah
2,4 mikrogram (mcg). Sedangkan pada remaja dan wanita hamil atau menyusui adalah 2,6 hingga 2,8 mcg setiap
harinya. Vitamin B12 tidak ditemukan pada sumber-sumber yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Untuk alasan ini, para vegetarian mungkin kesulitan mencukupi kebutuhan vitamin
B12 setiap harinya karena sumber alami vitamin B12 hanya ditemukan pada produk
hewani seperti susu, ikan, daging, hati sapi, dan kerang. Maka dari itu,
untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12, para vegetarian dianjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen B.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar